UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN VERBAL – LINGUISTIK PADA PESERTA DIDIK MELALUI DONGENG
IFTITAH INDRIANI
SMP Negeri 3 Ulujami, Kab.Pemalang
E-mail: iftitahindriani60@guru.smp.belajar.id
ABSTRAK
Kecerdasan verbal-linguistik merupakan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara rasional dalam pemecahan suatu masalah dan bersikap kritis terhadap diri sendiri, kecerdasan menggunakan bahasa dan kata-kata, baik lisan maupun tulisan, juga lebih mudah memahami makna kata dan dapat meyakinkan orang lain melalui ucapan yang disampaikan. Dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa dan penuh khayalan yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara turun- temurun dari nenek moyang, agar menarik untuk diceritakan kembali khususnya pada peserta didik. Persiapan untuk meningkatkan kecerdasan verbal-lingistik yang dimiliki peserta didik, ditambah dengan informasi dalam dongeng membuat anak memiliki jangkauan pengetahuan yang beragam, sehingga sejak peserta didik telah didik untuk melatih daya nalar menyelesaikan masalah serta meningkatkan kecerdasan verbal-lingistik. Dengan memberikan cerita dongeng pada peserta didik, maka akan tertarik dan rasa penasaran ini membuat mereka ingin mencari tahu. Inilah dimana keinginan untuk membaca menjadi semakin meningkat. Dengan membacakan buku cerita yang menarik kepada peserta didik adalah cara paling mudah yang bisa dilakukan oleh orang tua atau keluarga agar membangkitkan minat membaca anak dan meningkatkan kecerdasan verbal-linguistik pada peserta didik.
KATA KUNCI : Kecerdasan Verbal-Linguistik, Peserta Didik, Dongeng
PENDAHULUAN
Kecerdasan verbal-linguistik merupakan kecakapan anak dalam mengolah kata dan bahasa baik secara tertulis maupun lisan untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Anak dengan kecerdasan verbal yang tinggi tidak hanya akan memperlihatkan suatu penguasaan bahasa yang sesuai, tetapi juga dapat menceritakan kisah, berdebat, berdiskusi, menafsirkan, menyampaikan laporan, dan melaksanakan berbagai tugas lain yang berkaitan dengan berbicara dan menulis. Kecerdasan verbal-linguistik merupakan kemampuan yang sangat sensitif pada suara, irama, dan arti kata-kata serta keinginan yang kuat untuk mengekspresikan dalam bentuk tulisan.
Yaumi (2012) dalam (Rozalina dan Muryanti, 2020:1183) mengemukakan mendongeng merupakan suatu bentuk penyampaian informasi dalam bentuk kata-kata, gambar, atau unsur yang dilakukan seseorang dengan penggunaan modifikasi atau menambahkan unsur-unsur buat memperindah dan menarik alurnya cerita. Adapun unsur- unsur ciri mendongeng diantaranya; “(1) Dongeng itu bersifat fiktif-imajinatif, semuanya tersaji pada bentuk fiktif imajinatif, 2) Dongeng itu bersifat menyenangkan dan mendidik”(Kurniawan 2016). Sejalan menggunakan pendapat Suryana (2016) ciri-ciri dongeng adalah suatu cerita yang bersifat dusta, fiktif belaka, bualan semata, khayalan, dan banyak unsur cerita yang dibuat untuk memahami cerita atau mengada-ada.
Tio Indra (2010) mengemukakan bahwa Character Building melalui kegiatan mendongeng atau bercerita saat ini sudah jarang dilakukan, padahal dengan mendongeng atau bercerita merupakan salah satu cara efektif untuk membentuk kepribadian peserta didik menjadi generasi yang handal di masa depan. Lebih lanjut beliau menyampaikan bahwa prinsip utama cerita atau dongeng harus memiliki nilai yang mencerminkan tanggung jawab dalam mengembangkan kepribadian peserta didik. Harus dipilih dan dipilah cerita atau dongeng yang mengandung pesan dan nilai positif bagi perkembangan anak baik secara psikologis maupun moral serta disampaikan dengan menarik dan memberikan efek “Fun and Learning” sehingga anak mudah menyerap dan memahami kandungan isi cerita atau dongeng. Kepribadian seorang anak bisa dibangun mulai usia sejak dini. Dengan menekankan positifnya dari isi cerita sebuah dongeng, hal itu dapat menstimulasi peserta didik untuk berbuat baik yang sama sesuai dengan isi dari dongeng tersebut.
Hasil temuan dari beberapa referensi dalam (Rozalina dan Muryanti, 2020:1182) menunjukkan mendongeng berpengaruh positif dalam mengembangkan kecerdasan verbal linguistic peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif dalam melakukan kegiatan mengenal dan memahami kosakata baru, memahami alur sebuah cerita, mengolah kata-kata menjadi bermakna, dan terampil dalam berbicara. Bentuk kegiatan yang dilakukan pada mendongeng ini berupa aktivitas yang pernah dilihat, dekat dengan dunia anak dan berbasis teknologi.
Upaya meningkatkan kecerdasan verbal-linguistik pada peserta didik melalui dongeng bertujuan yaitu peserta didik diajarkan untuk mengambil hikmah, kesimpulan dan pesan moral yang berbudi luhur tanpa merasa digurui, karena sebuah cerita lebih berkesan daripada sebuah nasehat murni atau tutur kata yang secara langsung disampaikan. Dengan dongeng peserta didik diperkenalkan pada moral melalui dunia imajinasi. Nilai dan norma dapat diselipkan sebagai upaya pengembangan aspek moral pada peserta didik. Dongeng ini dapat dilakukan sebagai pengantar sebelum anak tidur, ketika tidur penanaman moral yang diberikan saat dongeng akan terekam dan terinternalisasi (Ardini, 2012:45).
IDENTIFIKASI MASALAH
- Peserta didik lebih suka bermain sehingga kurang istirahat, sehingga dengan membaca dongeng, akan tidur sesuai dengan pola hidup
- Peserta didik cenderung banyak beraktivitas sehingga perlu diarahkan dengan cara membaca
- Peserta didik kurang memahami keanekaragaman budaya dan suku bangsa, sehingga dengan adanya dongeng mampu untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan keceredasan verbal-linguistik.
IDENTIFIKASI PENYEBAB
- Kecerdasan Verbal-Linguistik
Definsi Kecerdasan Verbal-Linguistik
Kecerdasan verbal-linguistik adalah kecerdasan dalam mengolah kata atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tertulis. Kecerdasan verbal-linguistik mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca, dan menulis (Masrurah, 2014:306).
Gardner mengemukakan kecerdasan linguistik sebagai kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata secara efektif baik secara oral maupun tertulis seperti yang dimiliki para pencipta puisi, editor, jurnalis, dramawan, sastrawan, pemain sandiwara maupun orator. Sementara itu dalam definisi lain dikatakan bahwa kecerdasan bahasa adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda dalam mengekspresikan gagasan-gagasannya. (Yaumi, 2013:26).
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa- bahasa termasuk bahasa ibu dan mungkin bahasa- bahasa asing untuk mengekspresikan apa yang ada di dalam pikiran dan memahami orang lain. Kecerdasan linguistik disebut juga kecerdasan verbal karena mencakup kemampuan untuk mengekspresikan diri baik secara lisan maupun tulisan (Yaumi, 2013: 190).
Dengan demikian, dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan definisi kecerdasan verbal adalah kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara rasional dalam pemecahan suatu masalah dan bersikap kritis terhadap diri sendiri, kecerdasan menggunakan bahasa dan kata-kata, baik lisan maupun tulisan, juga lebih mudah memahami makna kata dan dapat meyakinkan orang lain melalui ucapan yang disampaikan.
Karakteristik Kecerdasan Verbal-Linguistik
Alaksamana, (2019:27) mengemukakan peserta didik yang memiliki kecerdasan verbal- linguistik dapat dilihat dari karakteristik sebagai berikut:
- Mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang baik dan
- Suka mengarang kisah khayal atau menceritakan
- Berbicara secara efektif kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan dan mengetahui cara berbicara sederhana, fasih, persuasif, atau bergairah pada waktu yang tepat. Ini penting bukan hanya untuk ketrampilan berkomunkasi melainkan juga pnting untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, dan pendapat
- Suka menuliskan pengalaman
- Suka mendengar pernyataan-pernyataan lisan (cerita, ulasan radio, buku bersuara) dan merespon setiap
- Memiliki daya ingat yang kuat terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, dan hal-hal kecil
- Banyak membaca (buku, koran, majalah, artikel di internet, dan lain sejenisnya), banyak memberikan pendapat, masukan, kriktikan pada orang
- Memperlihatkan kemampuannya menguasai bahasa
- Senang mengisi teka-teki
Aspek-aspek Kecerdasan Verbal-Linguistik
Menurut Maryudi kecerdasan verbal-linguistik meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
- Mendengar merupakan salah satu kegiatan untuk mendapatkan informasi sekaligus pengalaman berharga untuk mempelajari bahasa, sehingga kemampuan mendengar maka ucapan yang disampaikan oleh pembicara dapat disimpan di memori pendengar. Hal tersebut akan mengakibatkan adanya komunikasi lisan yang baik antara pemberi informasi dan penerima
- Berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan kata-kata atau artikulasi yang digunakan untuk menyampaikan maksud. Oleh karena itu bicara merupakan salah satu keahlian yang digunakan untuk Pada peserta didik bicara tidak
hanya dilakukan dengan orang lain, mereka dapat bicara dengan dirinya sendiri pada saat bermain.
- Menulis merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengungkapkan ide atau gagasan melalui berbagai media. Menulis dipengaruhi oleh kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan berpikir yang dituangkan melalui tulisan akan membuat peserta didik mudah untuk menganalisis sesuatu, menyelesaikan masalah, merencanakan kegiatan ke depan, dan menciptakan
- Membaca, menurut Klein definisi membaca terdiri dari tiga aspek yaitu (1) membaca merupakan proses, (2) membaca adalah strategi, dan (3) membaca meruapakan Membaca merupakan proses artinya setiap informasi atau bacaan yang divbaca oleh pembaca mempunyai peran khusus dalam membentuk makna. Membaca adalah strategi artinya pembaca menggunakan berbagai strategi pada saat membaca untuk memaknai suatu bacaan. Membaca merupakan interaktif artinya pada proses membaca terdapat interaksi antara pembaca dengan teks yang dibaca.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Verbal-Linguistik
Menurut Dewi, Wahyono, Putri (2020:100) faktor yang mempengaruhi kecerdasan verbal-linguistik terdiri atas :
- Faktor kesehatan dan Kesehatan dan fisik merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kecerdasan verbal linguistik peserta didik, terutama pada usia awal kehidupannya. Perkembangan dan pemerolehan bahasa mensyaratkan berbagai kondisi fisik diantaranya adalah bahwa orang tersebut tidak ada masalah pada organ bicara (gigi, bibir, lidah, tenggorokan, pita suara), organ pendengaran (telinga) dan sistem neuromuscular di otak. Agar perkembangan bahasa peserta didik dapat berkembang secara normal maka organ tersebut harus dapat berfungsi dengan baik pula. Selain itu jika peserta didik di awal tahun perkembangannya mengalami sakit yang terus menerus maka akan besar kemungkinan mengganggu perkembangan bahasa anak tersebut. Tugas sebagai orang tua adalah menjaga kesehatan peserta didik dengan memperhatikan asupan gizi anak dan memeriksakan secara rutin kesehatan peserta didik.
- Inteligensi dan perkembangan otak. Perkembangan otak manusia berhubungan erat dengan perkembangan bahasanya. Tangisan bayi yang baru lahir dikontrol oleh brain stem dan pons, yaitu bagian yang palingprimitif dan paling cepat berkembang oleh otak manusia. Menurut Vygotsky (dalam Hildayani, 2015:7.13) mengatakan bahwa bahasa atau verbal linguistik merupakan alat bantu dari belajar, jadi dapat diperkirakan bahwa peserta didik yang mengalami kekurangan dalam bahasanya maka akan mempengaruhi perolehan belajarnya.
- Status sosial ekonomi Peserta didik yang berasal dari keluarga yang kurang mampu biasanya megalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibanding dengan keluarga yang lebih mampu. Hal ini mungkin terjadi karena perbedaan kecerdasan atau kesempatan belajar. Orang tua dengan taraf ekonomi menengah keatas memiliki taraf pendidikan yang cukup untuk memfasilitasi perkembangan bahasa peserta didik, mereka dapat menyediakan berbagai alat bantu seperti buku, alat tulis sebagai media pengembangan bahasa. Mereka juga biasanya lebih memperhatikan cara bicara peserta didik dan menuntun peserta didik untuk bicara baik dan benar.
- Jenis kelamin. Banyak penelitian yang menyebutkan perkembanagan bahasa pada anak perempuan lebih cepat daripada anak laki-laki. Perkembangn bahasa antara anak laki-laki dan perempuan dapat dijelaskan secara biologis dan sosial. Menurut Berk (dalam Hildayani, 2015: 12) mengatakan bahwa perkembangan hemisfer cerebral kiri di otak anak perempuan muncul lebih cepat. Bagian inilah yang memegang peran besar dalam perkembangan verbal linguistik pada peserta didik. Selain itu pengaruh lingkungan membiasakan peserta didik untuk lebih sering berinteraksi dengan orang dewasa lain seperti membantu ibu didapur dan terbiasa bermain boneka yang sering mengajak boneka untuk berbicara. Sementara itu pada anak laki-laki, mereka lebih diarahkan pada kegiatan yang lebih merangsang pada kemampuan motorik yang menuntut mereka untuk lebih banyak bergerak dari pada berbicara.
- Hubungan Hubungan dimaknai sebagai proses interaksi dan berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang mengajar, memberi contoh, melatih, berbahasa pada peserta didik.
- Setting sosial atau lingkungan Indonesia terkenal dengan keberanekaragaman budaya dan adat istiadat. Perbedaan budaya ini dapat membuat perbedaan perkembangan verbal linguistik pada peserta didik, misalnya peserta didik yang terbiasa dengan bahasa daerah akan sulit untuk menggunakan bahasa Indonesia.
- Billingualism (2 bahasa). Bilingual atau penguasaan dua bahasa merupakan sesuatu yang sedang tren saat ini. Dengan tujuan agar tidak ketinggalan jaman, orang tua khususnya dikota-kota besar mulai memasukkan anaknya pada sekolah yang menggunakan dua bahasa atau lebih.
2. Dongeng
Definisi Dongeng
Dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar terjadi atau fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang terkandung dalam cerita dongeng tersebut, sehingga dongeng merupakan cerita fiktif yang bertujuan untuk menghibur dan mengandung nilai-nilai budi pekerti di dalamnya (Habsari, 2017:25).
Mendongeng merupakan cerita fiktif berkaitan dengan binatang dan cerita rakyat. Mendongeng merupakan suatu metode untuk berinteraksi dengan lawan bicara. Mendongeng identiknya bersifat menghibur anak. Aktivitas mendongeng mendapatkan suatu ketertarikan, kekaguman, keterpukauan yang membuat anak senang dan antusias dalam melakukan kegiatan pembelajaran (Rozalina dan Muryanti, 2020:1184).
Mendongeng atau aktivitas bercerita merupakan praktik budaya yang alamiah dan sangat baik diberikan sejak anak-anak. Mendongeng atau bercerita tentang “sesuatu”, bisa dilakukan dengan banyak cara agar dongeng lebih menarik dan hidup, misalnya dengan animasi suara melalui aplikasi teknologi informatika atau bantuan alat peraga tradisional (Fitroh dan Sari, 2015:97).
Dengan demikian, dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan definsi dongeng adalah bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa dan penuh khayalan yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi. Dongeng merupakan bentuk cerita tradisional atau cerita yang disampaikan secara turun-temurun dari nenek moyang, agar menarik untuk diceritakan kembali khususnya pada anak.
Jenis-jenis Dongeng
Dongeng dapat dibagi menjadi tujuh jenis (Habsari, 2017:23), yaitu mitos, sage, fabel, legenda, cerita lucu, cerita pelipur lara, dan perumpamaan. Jenis-jenis dongeng antara lain :
- Mitos adalah bentuk dongeng yang menceritakan hal-hal magis seperti cerita tentang dewa- dewa, peri atau
- Sage adalah dongeng kepahlawanan, keberanian, atau sihir seperti sihir dongeng Gajah
- Fabel adalah dongeng tentang binatang yang dapat berbicara atau berperilaku seperti
- Legenda: bentuk dongeng yang menceritakan tentang sebuah peristiwa tentang asal- usul suatu benda atau
- Cerita jenaka adalah cerita yang berkembang di masyarakat dan dapat membangkitkan
- Cerita pelipur lara, biasanya berbentuk narasi yang bertujuan untuk menghibur tamu di pesta dan kisah yang diceritakan oleh seorang
- Cerita perumpamaan: bentuk dongeng yang mengandung kiasan, contohnya adalah didaktik dari Haji Pelit. Cerita tersebut tumbuh dan berkembang di daerah dan dinamakan cerita lokal (Dudung, 2015).
Manfaat Dongeng
Dongeng memiliki beberapa manfaat bagi peserta didik. Manfaat-manfaat dongeng dijelaskan sebagai berikut (Habsari, 2017:24) :
- Mengajarkan budi pekerti pada peserta didik. Banyak cerita dongeng yang dapat memberikan teladan bagi peserta didik serta mengandung budi pekerti, setiap cerita dongeng peserta didik selalu memiliki tujuan baik yang diperuntukan untuk peserta didik. Untuk itu, jika peserta didik sulit mengerti tentang apa itu budi pekerti, pendidik dapat menjelaskannya dengan menggunakan perumpamaan dari sebuah
- Membiasakan budaya membaca. Peserta didik yang gemar membaca dikarenakan orang tuanya sering membiasakan budaya membaca pada anak sejak usia dini. Salah satu cara memperkenalkan budaya membaca pada peserta didik, dengan membacakannya banyak cerita seperti membacakan dongeng sebelum tidur. Ketika terbiasa membacakan anak banyak buku cerita, peserta didik makin lama akan tertarik untuk belajar membacanya sendiri sejak dini. Dengan begitu, anak akan menjadi gemar membaca sejak dini, sehingga dapat membantu anak menjadi lebih pintar di
- Mengembangkan Cerita dalam sebuah dongeng bagi anak terkadang memiliki cerita yang di luar logika orang dewasa. Meskipun demikan, cerita-cerita seperti itulah yang dapat membantu anak untuk meningkatkan daya imajinasinya. Walaupun terlihat berlebihan, cerita ini bertujuan untuk membuat peserta didik dapat meningkatkan daya kreasinya. Biasanya, peserta didik yang memiliki imajinasi yang tinggi memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga dia akan lebih cepat berkembang.
- Mengasah kreativitas. Membacakan dongeng pada peserta didik dapat mengasah kreativitas dan minat anak dalam membaca. Selain itu, peserta didik juga bisa belajar nilai-nilai karakter yang ada dalam cerita. Jika kebiasaan baik seperti ini terus diterapkan, maka akan memberikan manfaat positif bagi tumbuh kembang mental peserta didik, bahkan memberikan pengaruh yang baik bagi kehidupannya di masa depan.
Dongeng erat kaitannya dengan suara atau bahasa. Pendongeng atau pembaca cerita biasanya mampu menirukan suara tokoh (binatang, manusia, nenek-nenek, anak- anak, dan lain-lain). Atas dasar ini, dapat menjadi media belajar bahasa yang memiliki banyak kosakata bagi peserta didik. Selain itu, mendorong imajinasi peserta didik menjadi lebih tinggi, sehingga peserta didik dapat menjadi lebih kreatif. Imajinasi yang muncul pada mereka berkaitan dengan lingkungan atau peristiwa yang dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membacakan cerita secara lisan baik dengan membaca langsung atau menggunakan alat peraga dapat mengembangkan daya imajinasi peserta didik (Tanfidiyah dan Utama, 2019:15).
DIAGNOSIS
- Berdasarkan tugas perkembangan peserta didik, belajar mengembangkan pengendalian Ketika anak lebih suka bermain, pada masa ini anak belajar untuk bertingkah laku untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Anak belajar untuk mampu mengendalikan dirinya dalam berinteraksi dengan orang lain. Pada masa ini anak perlu menyadari bahwa apa yang dilakukannya akan menimbulkan konsekuensi yang harus dihadapinya.
- Berdasarkan tugas perkembangan peserta didik, belajar mengenal keterampilan motorik halus dan kasar, peserta didik belajar mengkoordinasikan otot-otot yang ada pada tubuhnya, baik otot kasar maupun otot Kegiatan yang memerlukan koordinasi otot kasar diantaranya berlari, melompat, menendang, menangkap bola, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan yang memerlukan koordinasi otot halus diantaranya menggambar, melipat, mewarnai, dan lain-lain. Dengan demikian, peserta didik perlu diarahkan ke hal-hal yang lebih positif dan sesuai dengan tempatnya selama belajar mengenal keterampilan motorik halus dan kasar.
- Kenakeragaman budaya, suku dan bangsa membuat anak kurang mengetahui adanya multikultural sehingga orang tua perlu menanamkan pada anak sejak dini melalui dongeng yang berasal dari berbagai macam budaya, suku, maupun
PROGNOSIS
- Meningkatkan Kecerdasan Verbal-Linguistik Melalui Dongeng
Cerita dalam dongeng mengandung sisi imajinatif yang tinggi, misalnya hewan yang seperti manusia; hewan tersebut dapat berbicara, dan menyampaikan gagasan yang dimilikinya. Ketika anak mendengarkan atau membaca dongeng, anak akan memiliki kemampuan mendengarkan atau membaca dengan menghayati perasaan-perasaan binatang selayaknya manusia akan mengembangkan imajinasinya yang bisa membantu meningkatan kecerdasan verbal- linguistik. Penghanyatan yang dilakukan anak secara psikologis akan mendorong kemampuan imajinasi yang lebih jauh. Dalam hal ini, anak mengalami perkembangan baik secara afektif, kognitif, dan psikologis. Anak dengan kemampuan daya nalarnya dapat mengingat, merasakan dan seolah-olah mengalami fenomena yang ada dalam dongeng. Dalam mendengarkan atau membaca dongeng, anak berpotensi untuk mengembangkan kemampuan menelaah peristiwa sesuai dengan batasan-batasan imajinasi. Hal demikian juga diungkapkan oleh Jung bahwa masa lalu adalah hal yang amat nyata, dan ia akan menangkap siapa pun yang tidak mampu menyelamatkan diri dan tidak mampu memberi jawaban yang memuaskan, dongeng sebagai karya imajinatif memberikan ilustrasi mengenai permasalahan-permasalahan yang harus disikapi oleh anak secara bijak agar pada saatnya nanti anak akan seperti tokoh “baik” dalam dongeng.
Persiapan untuk meningkatkan kecerdasan verbal-lingistik yang dimiliki anak \, ditambah dengan informasi dalam dongeng membuat anak memiliki jangkauan pengetahuan yang beragam, sehingga semenjak kecil anak telah didik untuk melatih daya nalar menyelesaikan masalah serta meningkatkan kecerdasan verbal-lingistik. Kecerdasan verbal-lingistik merupakan kemampuan anak dalam mengolah kata, menggunakan kata dengan efektif dalam bentuk verbal maupun non verbal. Peserta didik yang memiliki kecerdasan verbal-lingistik dengan bahasanya ia akan mudah meyakinkan orang lain, suka berargumentasi, dan jika kelak ia menjadi seorang pengajar, maka akan menyampaikan materi dengan bahasa yang efektif. Idealnya, anak dengan kecerdasan verbal-linguistik mampu menyimak dengan seksama, berbicara secara efektif, membaca dengan baik, dan menulis dengan terampil.
- Peran Orang tua atau Keluarga
Dunia anak merupakan dunia yang penuh imajinasi. Dengan daya imajinasi yang masih sangat bagus ini, maka sebagai orang tua atau keluarga harus bisa mengarahkannya kearah yang positif dan tetap terkendali. Dengan dongeng merupakan
cara terbaik untuk mengarahkan anak ke arah yang baik, sehingga mengembangkan daya imajinasi anak. Dongeng merupakan stimulasi dini yang mampu merangsang keterampilan berbahasa pada anak. Saat membaca dongeng biasanya anak akan lebih fokus dan konsentrasi. Kemampuan verbal adalah kemampuan awal yang dimiliki anak sehingga otak kanan lebih berkembang dan juga yang menyebabkan lebih terlatih dalam berbahasa.
Kisah-kisah dongeng yang mengandung cerita positif tentang perilaku dan sebagainya membuat anak-anak menjadi lebih mudah dalam menyerap tutur kata yang sopan, sehingga meningkatkan keterampilan dalam berbahasa. Apabila orang tua ingin memiliki anak yang mempunyai minat baca yang baik, maka mendongeng adalah upaya menuju hasil tersebut. Dengan memberikan cerita dongeng anak, maka akan tertarik dan rasa penasaran ini membuat mereka ingin mencari tahu. Inilah dimana keinginan untuk membaca menjadi semakin meningkat. Dengan membacakan buku cerita yang menarik kepada anak adalah cara paling mudah yang bisa dilakukan oleh orang tua atau keluarga agar membangkitkan minat membaca anak dan meningkatkan kecerdasan verbal- linguistik pada anak.
TREATMENT
- Meningkatkan Kecerdasan Verbal-Linguistik Melalui Dongeng
Meningkatkan kecedasan verbal-linguistik pada peserta didik memiliki tujuan tertentu, diantaranya; Pertama, agar peserta didik dapat berkomunikasi secara baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Kedua, kemampuan untuk meyakinkan orang lain dengan bahasa yang dimilikinya. Ketiga, mampu menghafal informasi, dapat memaparkan sesuatu dengan baik kepada orang lain, dan kemampuan, mampu memberikan penjelasan; dan mampu menjelaskan bahasa itu sendiri dan membahas bahasa itu sendiri. Dengan kata lain, semua hal yang ada disekitar peserta didik dapat dijadikan konteks untuk aktivitas bercerita. Apalagi benda atau peristiwa tersebut sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga peserta didik mudah memahaminya karena wujudnya konkret atau nyata.
Hal serupa juga dikatakan (Suyadi, 2014:126), bahwa umumnya peserta didik yang memiliki kecerdasan verbal-linguistik yang tinggi dapat mempengaruhi orang lain melalui gaya bahasa yang digunakan dan retorikanya. Adapun gaya bahasa yang digunakan, tutur katanya, gerak secara verbal, penggunaan mimik yang sesuai ketika berbicara, semuanya memiliki daya ketertarikan luar terhadap orang lain, kecerdasan verbal-linguistik mampu membangunkan atau menarik perhatian orang-orang sehingga
kata-kata yang diucapkan seakan penuh makna mendalam, sehingga jika anak mampu berkomunikasi di depan umum dapat memikat perhatian seluruh pendengarnya.
Upaya yang dapat digunakan dalam meningkatkan kecerdasan verbal-linguistik sebagaimana yang dikemukakan oleh Maimunah Hasan dalam (Haryanti, 2017:139) beberapa cara yang dapat digunakan dalam merangsang kecerdasan verbal linguistik anak, yakni:
- Metode bercakap-cakap
Bercakap-cakap berkembang menjadi suatu dialog dikarenakan melibatkan dua orang atau lebih. Manfaat yang diperoleh dari bercakap-cakap sebagai berikut: (1) meningkatkan keberanian anak untuk berbicara, (2) melatih kemampuan anak untuk mendengarkan pembicaraan dan menangkap pesan dari orang lain, (3) membangun konsep diri yang positif, (4) memperluas pengetahuan dan meningkatkan perbendaharaan kosakata yang dimiliki oleh peserta didik, serta (5) meningkatkan keberanian anak untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, yakni guru dan teman sebaya.
- Metode bercerita
Bercerita merupakan cara bertutur dan menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan, untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Isi cerita yang disampaikan diusahakan berhubungan dengan dunia kehidupan anak yang penuh kegembiraan, isi cerita memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan gembira, lucu, menarik dan mengasyikkan bagi peserta didik, disesuaikan dengan minat peserta didik yang biasanya berkenaan dengan tema-tema yang ada dalam pembelajaran PAUD, isi cerita juga harus sesuai dengan tingkat usia, kebutuhan, dan kemampuan anak mengangkap usu cerita yang berbeda-beda, sehingga cerita diharapkan harus bersifat ringkas atau pendek dalam rentang perhatian peserta didik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan: (1) Membaca langsung dari buku cerita; (2) Menceritakan dongeng; (3) Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku; (4) Bercerita menggunakan papan flannel; (5) Bercerita dengan menggunakan media boneka; serta (6) Bercerita dengan menggunakan atau memainkan jari-jari tangan.
- Metode bernyanyi
Bernyanyi memiliki banyak manfaat untuk pembelajaran anak, yakni: (1) bernyanyi dapat menyenangkan anak; (2) bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan; (3) bernyanyi merupakan media untuk mengekspresikan perasaan; (4) bernyanyi dapat membantu menumbuhkan rasa percaya diri anak; (5) bernyanyi dapat meningkatkan daya ingat peserta didik; (6) bernyanyi dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak. Melalui metode bernyanyi, kosa kata anak akan bertambah. Sehingga salah satu metode yang efektif dalam mengembangkan kecerdasan anak adalah dengan metode bernyanyi.
- Peran Orang tua atau Keluarga
Peran orang tua atau keluarga sangatlah penting, orang tua mendongeng kepada anak agar membangkitkan kecerdasan emosional mereka dan juga sarana yang mampu merekatkan hubungan orangtua dan anak. Dengan dongeng anak-anak bisa memberikan contoh melalui tokoh dalam cerita yang kita dongengkan. Dongeng anak-anak akan membantu anak dalam menyerap nilai-nilai moral. Tidak bisa dipungkiri bahwa kecerdasan emosional juga penting disamping kecerdasan kognitif. Kecerdasan emosional sangat penting bagi kehidupan sosial mereka kelak, sehingga membangun kecerdasan emosional anak.
Menstimulasi kecerdasan verbal-linguistik pada anak dapat dilakukan dalam berbagai kesempatan, seperti ketika penyambutan anak-anak datang ke sekolah, anak bermain secara individual maupun kelompok, saat makan bersama, dan saat akhir kegiatan. Hal yang tidak kalah pentingnya dalam menstimulasi kecerdasan verbal- linguistik ini, khususnya dalam menstimulasi minat baca dan minat untuk menulis sejak dini, orang tua atau keluarga harus menyediakan lingkungan yang kaya dengan sumber bacaan yang relevan dengan kebutuhan perkembangan anak, misalnya buku dongeng atau cerita.
Menurut Sornson (2001), anak-anak membutuhkan kemudahan untuk mengakses ke buku-buku dan cerita atau dongeng yang menarik perhatian anak. Anak membutuhkan kebebasan untuk memilih setidaknya beberapa dari buku yang ingin mereka baca, dan orang tua atau keluarga harus berusaha untuk mendorong adanya keinginan secara sukarela dari diri anak membaca secara independen (Halimah, 2016, p.123).
Arief Budiman dalam (Haryanti, 2017:140) mengemukakan bahwa kecerdasan verbal-linguistik dapat dioptimalkan dengan berbagai cara, antara lain: (1) Anak diarahkan untuk belajar berbicara di depan orangtua atau orang lain; (2) Anak yang cenderung pendiam dapat dioptimalkan kecerdasan bahasanya dengan cara diarahkan untuk mengarang atau membuat tulisan mengenai hal-hal yang disukai anak; (3) Anak diarahkan untuk banyak membaca buku-buku yang disukainya, sehingga otak anak akan banyak merekan dan mengingat kata-kata. Selain itu, membaca dapat menambah wawasan serta memperbanyak perbendaharaan anak.
PEMBAHASAN
Orang tua atau kelurga yang mampu meluangkan banyak waktu untuk anak yang sedang menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat fundamental untuk kehidupan di masa yang akan datang, anak menjadi masa yang tepat dalam memaksimalkan semua potensi dan kecerdasannya. Salah satunya adalah perkembangan kecerdasaan verbal-linguistik melalui dongeng yang harus distimulasi sejak dini. Bahasa menjadi modal utama anak dalam melakukan interaksi, komunikasi dan mengembangkan peradaban dalam sepanjang hidupnya. Melalui bahasa, anak dapat menciptakan berbagai interaksi simbolik untuk mengutarakan suatu perasaan yang sedang dialami, pengalaman yang telah dilalui, dan nilai-nilai yang dianut.
Pengalaman berbahasa pertama kali didapatkan oleh anak dalam lingkungan keluarga. Keluarga berperan penting dalam mengembangkan kecerdasan verbal – linguistik melalui dongeng. Penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan-lingkungan yang penuh aktivitas bahasa dan melibatkan anak dalam interaksi verbal, misalnya bermain dengan kata-kata, bercanda, bercerita atau mendongeng, mengajukan pertannyaan, mengungkapkan pendapat, dan menjelaskan perasaan dan konsep-konsep. Anak cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Semua hal itu bisa diperoleh anak dari orang yang paling dekat dengan anak, yaitu orang tua. Apabila orang tua mampu meningkatkan kecerdasan verbal-linguistik melalui dongeng pada anak dengan baik, maka anak akan mempunyai sisi terkemuka dalam menjadi pendengar, pembicara, pembaca dan penulis yang berkompeten.
Bercerita atau mendongeng memiliki banyak manfaat terutama bagi anak. Manfaat mendongeng menurut Latif (2012:86) dalam (Rozalina dan Muryanti, 2020:1184) diantaranya yaitu: “1) mengasah tingkat kepekaan terhadap bunyi-bunyian dari suara, 2) meransang kekuatan dalam berfikir, 3) media yang tepat dan efektif, 4) menumbuhkan minat
anak dalam membaca dan kaya akan kosakata, 5) menumbuhkan rasa empati yang tinggi, 6) meningkatkan kecerdasan anak terutama kecerdasan verbal linguistic, dan 7) menumbuhkan rasa humor yang baik”. Manfaat lainnya bagi anak bercerita/mendongeng yaitu memberikan efek yang menyenangkan bagi anak jika cerita yang disajikan dalam bentuk cerita lucu yang dapat mengembangkan kemampuan kosakata untuk mengasah keterampilan berbicara anak, dan dapat mengenal bentuk-bentuk ekspresi emosi (Daryanti dalam Nurhidayah, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, P.P. (2012). Pengaruh Dongeng dan Komunikasi Terhadap Perkembangan Moral Anak Usia 7-8 Tahun. Jurnal Pendidikan Anak, 1 (1), 44-58.
Dewi, R., Wahyono, I., Putri, E.I.E. (2020). Implementasi Metode Sentra Persiapan Dalam Mengembangkan Kecerdasan Verbal Linguistik Anak. Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam, 4 (1), 96-110.
Fitroh, S.F., dan Sari, E.D.N. (2015) Dongeng Sebagai Media Penanaman Karakter Pada Anak. Jurnal PG-PAUD Trunojoyo, 2 (2), 76-149.
Habsari, Z. (2017). Dongeng Sebagai Pembentuk Karakter Anak. Bibliotika Jurnal Kajian Perpustakaan dan Informasi, 1 (1), 21-29.
Haryanti , D. (2017). Stimulasi Pengembangan Kecerdasan Verbal-Linguistik Anak Melalui Metode Pembelajaran PAUD. Stimulasi Pengembangan Kecerdasan, Elementary Vol. 3 , 92-143.
Masrurah, F. (2014). Kecerdasan Verbal-Linguistik Anak Melalui Pendekatan Beyond Centers And Circle Time (BCCT). Jurnal Lisan Al-Hal , 8 (2), 301-330.
Rozalina, F.A., & Muryanti, E. (2020). Mendongeng dengan Power Point dalam Mengembangkan Kecerdasan Verbal Linguistic Anak. Jurnal Pendidikan Tambusai, 4 (2), 1182-1188.
Suyono dan Heriyanto. (2015). Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tanfidiyah, N. & Utama, F. (2019). Mengembangkan Kecerdasan Linguistik Anak Melalui Metode Cerita. Golden Age Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak, 4 (3), 9-18. DOI: https://doi.org/10.14421/goldenage.2019.43-02.
Yaumi, Muhammad. (2013). Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta: Kencana.