Upaya Mengurangi Perilaku Membolos pada peserta didik melalui Layanan Bimbingan Kelompok
Oleh : Yulianti, S.Pd
abstrak
Manusia adalah makhluk social yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan sekitamya. Dalam hidup bermasyarakat manusia perlu adanya komunikasi dengan orang lain. Siswa merupakan bagian dari masyarakat yang dituntut untuk mempunyai perilaku yang disiplin disekolah karena tugas siswa disekolah yaitu belajar, dengan belajar siswa memperoleh perubahan yang positif dan dapat berkembang secara optimal serta siap melaksanakan peranaanya dimasa yang akan datang.
Bimbingan dan konseling merupakan salah satu dari komponen yang penting di dalam dunia pendidikan. Diadakannya layanan bimbingan dan konseling disekolah bukan karena adanya landasan hukum, melainkan pelayanan tersebut diselenggarakan demi tujuan yang mulia dan positif bagi kehidupan peserta didik dalam menjalani pendidikan. Karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan serta sukses dalam suatu lembaga pendidikan tertentu. Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Pendidikan bertujuan untuk menunjukan karakter pribadi peserta didik yang diharapkan terbentuk melalui pendidikan. (Syamsu Yusuf dan Juntika : 2014)
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan. Di sekolah inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Kegiatan belajar mengajar di sekolah merupakan kegiatan inti dalam pendidikan di sekolah. Sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar mengajar ini juga proses transfer dan transformsi ilmu pengetahuan dapat diberikan kepada peserta didik. Kegiatan belajar mengajar merupakan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa dalam rangka menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran Komponen inti dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru dan peserta didik, proses belajar mengajar dapat terlaksana apabila kedua komponen tersebut ada. Jika salah satu komponen tidak hadir maka proses belajar mengajar tersebut tidak akan terjadi.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru STP2K gejala yang muncul berkaitan dengan perilaku membolos siswa yaitu, siswa sering terlambat datang kesekolah, siswa mempunyai kebiasaan setiap waktu senggang selalu cabut dari kelas (tanpa keterangan), siswa mempunyai kebiasaan jajan dikantin sekolah terlalu sering setiap kali jam pelajaran apabila tidak ada guru didalam kelas, siswa sering pamit dari rumah ke sekolah nyatanya tidak sampai disekolah, siswa selalu mencari alasan untuk keluar dari lingkungan sekolah pada saat jam pelajaran.
Perilaku membolos selain dapat menjadi sumber masalah sosial, perilaku tersebut juga dapat menghambat pencapaian prestasi yang optimal dari siswa. Hal tersebut dikarenakan siswa ketinggalan pelajaran, kemungkinan mendapatkan sanksi yang menyebabkan siswa bersangkutan tidak dapat mengikuti ujian atau nilai tidak keluar, serta memboroskan waktu dan biaya. Seorang siswa dikatakan bolos sekolah adalah apabila ia pamit kepada orang tua mau pergi kesekolah dan berpenampilan seolah-olah akan pergi ke sekolah tetapi tidak masuk sekolah, ari rumah pura-pura berangkat sekolah tetapi kenyataanya ia absen di sekolah (Kartini-kartono : 1991). Jika perilaku membolos seperti yang dikemukakan di atas dibiarkan dan tidak ditanggulangi dengan segera tentu akan membawa kerugian bagi anak–anak yang bersangkutan serta orang tuanya sendiri. Kerugian nyata yang akan dialami anak adalah menurunnya prestasi belajar karena jarang mengikuti pelajaran. Pada akhirnya anak yang bersangkutan tidak naik kelas bahkan kemungkinan bisa berakibat fatal yaitu tidak dapat mengikuti pelajaran untuk seterusnya dan dinyatakan drop out atau dikeluarkan dari sekolahnya. Hal ini menjadi tanggungjawab pihak sekolah khususnya guru Bimbingan dan Konseling. Bila perilaku membolos ini dibiarkan terus menerus dan tidak segera ditindak lanjuti maka orang tua dan guru di sekolah tentu juga ikut menanggung akibat dari perilaku tersebut, oleh karena itu penanganan terhadap siswa yang memiliki perilaku membolos perlu mendapatkan perhatian yang sangat serius
- Pendahuluan
Pelayanan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual, kelompok dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik di sekolah. Salah satu upaya guru pembimbing dalam menangani permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik dalam kenakalan remaja (membolos) adalah dapat melalui kegiatan layanan Bimbingan kelompok.
Pelayanan bimbingan kelompok (Menurut Prayitno : 2004) yaitu Bimbingan kelompok adalah pemberian bantuan kepada peserta didik/konseli melalui kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 2–10 orang untuk maksud pencegahan masalah, pemeliharaan nilai-nilai atau pengembangan keterampilan hidup yang dibutuhkan. Bimbingan kelompok harus dirancang sebelumnya dan harus sesuai dengan kebutuhan nyata anggota kelompok. Untuk menuju pada harapan yang telah ditentukan saat kegiatan bimbingan kelompok, tentunya bimbingan kelompok mempunyai beberapa tahapan tersendiri yang telah diolah sedemikian oleh Guru BK sehingga kegiatan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang dicapai dapat tercapai
Faktor keberadaan konselor sekolah dalam upaya mengentaskan perilaku membolos semakin jelas ketika bimbingan dan konseling yang harus diberikan kepada siswa, dan harapan siswa untuk bisa secara baik dalam memahami diri dan potensi dirinya sendiri. Pelaksanaan layanan yang diberikan oleh konselor berkenaan dengan pemahaman potensi diri dalam kehidupan kesehariannya sehingga siswa mampu melakukan aktifitas belajar yang baik serta memberikan hasil belajar yang memuaskan.
Kenakalan remaja sendiri merupakan perilaku menyimpang karena terdapat penyimpangan perilaku dan berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku dan menjadi sumber masalah yang membahayakan tegaknya sistem sosial. Masa remaja adalah masa perubahan, masa ketika anak muda menghadapi berbagai pengalaman baru. Berbagai lingkungan tempat mereka bergerak didalamnya menghadirkan situasi dan peristiwa baru dan tidak teduga yang memerlukan respons yang sebelumnya belum pernah mereka terapkan. Dengan kata lain, perilaku membolos dapat menjadi sumber masalah social. (Kathryn dan David Geldard, 2010)
Menurut Gunarsa, 1981 membolos adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat pada jam pelajaran dan tidak izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Perilaku membolos yang dimaksud dalam penelitian disini adalah tidak masuk sekolah tanpa alasan tertentu baik pada saat jam pelajaran sedang berlangsung pada waktu masuk kelas, dan ketika sekolah sedang berlangsung. Membolos merupakan suatu perilaku yang melanggar normanorma sosial. Karena siswa yang membolos akan cenderung melakukan tindakan negatif, sehingga akan merugikan diri sendiri dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan reaksi dari seorang individu terhadap adanya stimulus untuk mencapai suatu tujuan. Membolos sekolah adalah pergi meninggalkan sekolah tanpa sepengetahuan pihak sekolah (Soeparwoto, 2007: 211). Membolos sekolah merupakan anak yang tidak masuk sekolah dan anak yang meninggalkan sekolah belum usai tanpa izin terlebih dahulu (Supriyo, 2008: 111).
Menurut Kartono (2003: 21), bahwa membolos sekolah merupakan perilaku yang melanggar norma-norma social sebagai akibat dari proses pengondisian lingkungan yang buruk. Menurut Hardaniwati (2003: 69) membolos dapat diartikan tidak masuk sekolah/ kerja atau bisa juga dikatakan ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas Sebenarnya, membolos dikatakan terjadi ketika anak-anak meninggalkan sekolah dan berusaha untuk menyembunyikan fakta dari orang tua mereka. Definisikan secara luas. Istilah membolos ini sering digunakan untuk merujuk pada ketidak hadiran di sekolah tanpa alasan pada umumnya)”.
Maka dapat dipaham bahwa yang dimaksud dengan perilaku membolos sekolah yaitu suatu bentuk perbuatan yang dilakukan oleh siswa yang terwujud sebagai bentuk perilaku yang melanggar norma sekolah dalam bentuk siswa tidak masuk sekolah dan meninggalkan sekolah tanpa izin tanpa sepengetahuan oleh pihak sekolah.
- Metode Penelitian
Metode penelitian pada penelitian ini yakni melalui wawancara, observasi dan selanjutnya melalui refleksi. Wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap guru (selaku konselor) dan siswa. Tujuannya adalah untuk memperoleh data informasi untuk pemahaman, penerapan dan pentingnya bimbingan kelompok dan pendekatan konseling ekfektif guna mengatasi permasalahan belajar.
Menurut Suharsimi (2010:199) “observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera”. Jadi kegiatan observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.
Sementara itu, Rahman (2003:73) berpendapat bahwa “observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh konselor terhadap perilaku dan hal-hal lain yang dilakukan oleh siswa”. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi.
Refleksi Mendiskusikan hasil pengamatan dan wawancara untuk perbaikan pada pelaksanaan siklus I, demikian pula hasil pelaksanaan pengamatan dan wawancara siklus II untuk perbaikan pada siklus III .
- Hasil dan Pembahasan
Dari penelitian diatas bisa dihasilkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan hal yang penting dalam dunia pendidikan karena dimana disitu ada layanan bimbingan kelompok yang dapat mengurangi perilaku membolos siswa dengan memberikan pemahaman kepada siswa tentang perilaku membolos menggunakan dinamika kelompok dengan harapan siswa untuk bisa secara baik dalam memahami diri dan potensi dirinya sendiri. Pelaksanaan layanan yang diberikan oleh konselor berkenaan dengan pemahaman potensi diri dalam kehidupan kesehariannya sehingga siswa mampu melakukan aktifitas belajar yang baik serta memberikan hasil belajar yang memuaskan.
- Kesimpulan
Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok mampu membantu siswa dalam upaya mengurangi perilaku membolos sehingga siswa bisa melakukan aktifitas belajar dengan baik serta mendapatakn hasil belajar yang memuaskan dengan tetap mengikuti seluruh kegiatan sekolah tanpa adanya perilaku membolos lagi karena sudah mengetahui tentang akibat perilaku membolos.
Daftar Pustaka
Abin Syamsudin Makmun (2003). Pedoman Studi Psikologi Pendidikan. IKIP Bandung.
Ahmad, Abu & Supriono, Widodo. (2004) Belajar dan menifestasinya. Bandung Rajawali.
Depdiknas (2003), Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003,Jakarta : Depdiknas
Gunarsa, Singgih D. Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga. (Jakarta: Gunung Mulia. 2006.)
H.M. Arifin (2003). Teori-teori Konseling Agama dan Umum, Jakarta : PT Golden Terayon Prees.
HibanaS, Rahman,Bimbingan dan Konseling Pola 17,(yogyakarta : UCY,3003)
Ketut Sukardi (1983). Dasar- dasar Bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Surabaya : Usaha Nasional
Kartini, Kartono.. Bimbingan bagi Anak dan Remaja yang Bermasalah . (Jakarta :Rajawali Pers. 1991)
Nana Syaodin dan Moh Surya (1998). Pengantar Psycologi Jihad 1 Bandung : FIP IKIP Bandung
Moh. Surya (1988). Psikologi Pendidikan. Bandung : FIP IKIP Bandung
Mustaqim dan Abdul Wahid,.. Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rineka Cipta. 2008).
Prayitno, dkk (1999) Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Departemen Pendidikan dan kebudayaan Rhenika Cipta
Sadirman, A. M (1998). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar ; Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Bandung; Rajawali
Suharjono (1995). Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis. Jakarta : Dikdasmen.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Rineka Cipta: Jakarta. 2013).hal.239-277
Sugiharto (2005). Pendekatan dalam konseling (Makalah) Jakarta
Sutopo (1996) Metode Pengumpulan Data. Surabaya
Syamsu Yusuf dan Juntika,Landasan Bimbingan dan Konseling.(Bandung : Remaja Rosdakarya.2014)